Para profesonal di dunia fotografi sudah paham bahwa kualitas warna paling optimal dengan kedalaman warna maksimal, hanya bisa diperoleh lewat penggunaan format RAW, bukan JPEG langsung dari kamera. Ini terjadi karena format RAW merupakan format hasil foto yang murni diambil dari lensa dan keluar dari sensor kamera, tanpa melalui algoritma prosesor kamera. Dengan demikian tidak ada degradasi data-data warna yang terjadi pada format RAW. Itulah sebabnya kenapa untuk membuka, memproses dan mengkonversi format RAW butuh software khusus pada komputer Anda. Software tersebut menggantikan peran algoritma prosesor pada kamera Anda. Bedanya, software pengolah foto berformat RAW dilengkapi dengan fitur & kemampuan yang berkali-kali lipat lebih hebat daripada algoritma prosesor kamera Anda.
Apa bedanya kualitas JPEG langsung dari kamera dengan JPEG yang merupakan hasil olahan & konversi dari format RAW? Jelas berbeda. JPEG langsung dari kamera diolah dari prosesor kamera yang - kami umpamakan - hanya memiliki 1.000 baris bahasa mesin. Sedangkan format JPEG yang didapat dari pengolahan format RAW di komputer diperoleh dari sinergi prosesor komputer & software yang memiliki 1.000.000 baris bahasa mesin. Mesin komputer yang lebih mampu & lebih bertenaga, sanggup dimuati dengan algoritma pengolahan data yang jauh lebih banyak daripada prosesor kamera. Hasilnya adalah data-data hasil foto yang lebih lengkap, sehingga file bisa diolah dengan lebih baik.
Jika format JPEG hasil dari pengolahan RAW masih belum memuaskan Anda, masih tersedia opsi format TIFF sebagai format tak terkompresi. Namun dikarenakan semakin canggihnya software pengolah hasil foto di jaman modern ini, format JPEG di pilihan kompresi Best atau angka 10-12 sudah lebih dari cukup untuk bahan baku pencetakan foto berukuran besar; tentunya dengan asumsi bahwa foto tersebut diambil dengan lensa & kamera yang optimal dan teknik pemotretan yang baik & benar. Berikut ini adalah perbedaan teknis antara format RAW, TIFF dan JPEG. Sebenarnya ada beberapa format file lain semacam DNG namun tiga format inilah yang paling umum digunakan oleh kalangan fotografi.
Pada kamera-kamera modern kelas profesional, format RAW menawarkan kemampuan penangkapan warna 14 bit hingga 16 bit. Seperti pada penjelasan kami sebelumnya, nilai 14 bit hingga 16 bit ini tentunya merupakan asumsi yang harmonis antara lensa terbaik dan kualitas sensor terbaik.
Di sisi lainnya, opsi 16 bit juga tersedia di sejumlah software untuk melakukan Post-Processing. Opsi 16 bit ini dapat diaplikasikan pada hasil akhir pengolahan foto dari format RAW, baik ke format TIFF atau ke format JPEG. Namun betapapun opsi 16 bit dapat diaplikasikan pada format JPEG, dimanakah logikanya? Kedalaman warna 16 bit membutuhkan sebuah kondisi dimana file tersebut tidak mengalami kompresi warna sama sekali, sedangkan format JPEG adalah format terkompresi. Jadi merupakan hal yang lebih sia-sia untuk mengkonversi file RAW ke format JPEG 16 bit ketimbang ke format TIFF 8 bit. Lebih sia-sia lagi jika mengingat kecanggihan kamera, kualitas lensa dan kekuatan software modern saat ini yang sanggup menghasilkan file JPEG 8 bit dengan kualitas & akurasi warna yang semakin mendekati format TIFF. Intinya, konsumen semakin diuntungkan dengan ukuran file yang semakin ringkas namun kualitasnya semakin meningkat.
Apa bedanya kualitas JPEG langsung dari kamera dengan JPEG yang merupakan hasil olahan & konversi dari format RAW? Jelas berbeda. JPEG langsung dari kamera diolah dari prosesor kamera yang - kami umpamakan - hanya memiliki 1.000 baris bahasa mesin. Sedangkan format JPEG yang didapat dari pengolahan format RAW di komputer diperoleh dari sinergi prosesor komputer & software yang memiliki 1.000.000 baris bahasa mesin. Mesin komputer yang lebih mampu & lebih bertenaga, sanggup dimuati dengan algoritma pengolahan data yang jauh lebih banyak daripada prosesor kamera. Hasilnya adalah data-data hasil foto yang lebih lengkap, sehingga file bisa diolah dengan lebih baik.
Jika format JPEG hasil dari pengolahan RAW masih belum memuaskan Anda, masih tersedia opsi format TIFF sebagai format tak terkompresi. Namun dikarenakan semakin canggihnya software pengolah hasil foto di jaman modern ini, format JPEG di pilihan kompresi Best atau angka 10-12 sudah lebih dari cukup untuk bahan baku pencetakan foto berukuran besar; tentunya dengan asumsi bahwa foto tersebut diambil dengan lensa & kamera yang optimal dan teknik pemotretan yang baik & benar. Berikut ini adalah perbedaan teknis antara format RAW, TIFF dan JPEG. Sebenarnya ada beberapa format file lain semacam DNG namun tiga format inilah yang paling umum digunakan oleh kalangan fotografi.
Pada kamera-kamera modern kelas profesional, format RAW menawarkan kemampuan penangkapan warna 14 bit hingga 16 bit. Seperti pada penjelasan kami sebelumnya, nilai 14 bit hingga 16 bit ini tentunya merupakan asumsi yang harmonis antara lensa terbaik dan kualitas sensor terbaik.
Di sisi lainnya, opsi 16 bit juga tersedia di sejumlah software untuk melakukan Post-Processing. Opsi 16 bit ini dapat diaplikasikan pada hasil akhir pengolahan foto dari format RAW, baik ke format TIFF atau ke format JPEG. Namun betapapun opsi 16 bit dapat diaplikasikan pada format JPEG, dimanakah logikanya? Kedalaman warna 16 bit membutuhkan sebuah kondisi dimana file tersebut tidak mengalami kompresi warna sama sekali, sedangkan format JPEG adalah format terkompresi. Jadi merupakan hal yang lebih sia-sia untuk mengkonversi file RAW ke format JPEG 16 bit ketimbang ke format TIFF 8 bit. Lebih sia-sia lagi jika mengingat kecanggihan kamera, kualitas lensa dan kekuatan software modern saat ini yang sanggup menghasilkan file JPEG 8 bit dengan kualitas & akurasi warna yang semakin mendekati format TIFF. Intinya, konsumen semakin diuntungkan dengan ukuran file yang semakin ringkas namun kualitasnya semakin meningkat.
No comments:
Post a Comment